Senin, 27 Juni 2011

lesson plan

MICROTEACHING IN ENGLISH
LESSON PLAN
VEGETABLES
Lecture: Mr. Dr. Suparlan A. B




Presented by:
Siti Aminah
A510080146

ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS EDUCATION
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
2011
LESSON PLAN
Teacher’s Name : Siti Aminah
Class : Five (5)
Date : June 7, 2011
Level : Medium
Lesson Topic : Vegetables
Time Alcation : 15 Minutes
1. GOALS
a. Instructional Goals
• Students can mention kind of vegetables.
• Students can understand that vegetables are so important for health.
• Students can pronounce kind of vegetables well.
b. Spesific Goals
• Cognitive : Students can mention kind of vegetables.
• Affective : Students can understand that vegetables are so important for health.
• Psychomotor : Students can pronounce kind of vegetables well.

2. PROCEDURES
a. Opening
 Teacher begins meeting by greeting.
 Teacher opens learning by praying together.
 Teacher checks present of students.
 Teacher gives apperception by giving question.
b. Contain
 Teacher explains kind of vegetables with lesson media.
 Teacher asks student to repeat her speaking.
 Teacher makes two groups of class.
 Teacher makes game “cooking preparation together”.
 Teacher gives direction how to play the game.
 Teacher gives reward to group who being winner.

c. Closing
 Teacher gives example how to sing “You are my sunshines”
 Teacher and students sing together.
 Teacher gives conclusion.
 Teacher closes learning by saying “hamdallah”
SONG
You are my sunshines
You are my sunshines, my only sunshines.
You make me happy, when skies are grey.
You’ll never know dear, how much I love you.
Please don’t take my sunshines away.
The other night dear, as I lay sleeping
I dream I held you in my arm
When I awoke dear, I was mistaken.
So I hung my head down and cried
You are my sunshines, my only sunshines.
You make me happy, when skies are grey.
You’ll never know dear, how much I love you.
Please don’t take my sunshines away
3. CONCLUSION
Many kind of vegetables in Indonesia, they are carrot, cabbage, spinach, celery, egg plant, bean, etc. They are so important for our health.
4. TEACHING SKILL
• Skill to open learning
• Skill to use media
• Skill to give question
• Skill to explain
• Skill to give motivation
• Skill to close learning
5. EXERCISE
1. “What is it?”
2. “What colour is this vegetable?”
3. “What vegetable do you like?”
4. “What vegetable do you eat everyday?”

cerpen. Peri Kecil

” Okay, kita break dulu 15 menit, nanti kita lanjutkan lagi!” kata dosen melegakan hati kami, para mahasiswanya yang sedari tadi merasakan penat yang sangat dalam mengikuti perkuliahan hari ini.
” Oh yes... huuuuaah” kataku dengan temanku. Aku yang sudah merasa ngantuk dan penat dari tadi langsung menarik nafas panjang dan berusaha untuk mengendorkan otot-ototku yang sudah kaku akibat keseriusanku mengikuti mata kuliah hari ini.
Selagi aku berusaha untuk mengendorkan otot-ototku yang kaku, secara tidak sengaja aku menoleh ke arah samping, dan dari arah itu kudapati sebuah tatapan mata yang penuh dengan sejuta makna menuju ke arahku, dan ternyata ouh... pemilik mata itu menatapku. Jantungku pun berdegup kencang. Tuhan ada apa dengan hatiku ini? terang saja dengan kejadian itu aku menjadi salah tingkah, kemudian dengan bergaya seolah olah tidak terjadi apa-apa, aku mengalihkan pandanganku darinya. Karena kulihat dia pun juga ikut salah tingkah ketika tatapan mata ini bertubrukan dengan tatapan matanya.
Tatapan mata jerry mengingatkanku akan sebuah mata yang indah dan tajam milik Dika. Dika cinta monyet sekaligus cinta pertamaku, tapi sekarang aku tak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Yang ku tahu adalah sekarang dia sedang marah padaku dan aku tak berani untuk menghubunginya lagi. Hal itu yang membuat aku salah tingkah ketika tatapan mata jerry tertuju padaku. Jerry dan Dika merupakan manusia yang memiliki body and face yang sama serta karakter yang sama pula. Suatu hal yang menyiksa batinku ketika aku harus berhadapan dengan Jerry teman sekelasku yang mana kita sering ketemu ketika kuliah.
***
” Widya,”suara Tina menghancurkan lamunanku.
” Hayoo, sedang ngelamunin siapa nih ?” lanjutnya.
” Siapa ? Enggak kok,” jawabku mengelak.
” Jerry yah ?” kata tina mengagetkanku
” What?”
” Udah deh nggak usah mengelak! Aku tahu kok apa yang kamu rasain. Dari tatapan mata kamu aja udah bisa mengisyaratkan kalau kamu tuh ada feeling dengan dia. Tapi wajar juga kok, Jerry kan emang cakep, manis dan keren lagi,” kata Tina berdeklamasi.
” Oh ya? Orang super jaim gitu dibilang keren, gayanya aja yang sok cool. Image buruk kok dijaga. Malas banget tau nggak sih?”
” Uuh... ck ck ck ck ck, ternyata diem-diem kamu perhatian juga ya sama dia?”
” Oh no... perhatian apanya? Orang hal itu udah rahasia umum kok,” kataku membela diri. Padahal di dalam hatiku membenarkan apa yang dikatakan Tina, tetapi sepertinya Tina bisa membaca isi hatiku. Karena memang Tina adalah teman kuliah yang paling dekat denganku.
***

Malam ini pikiranku kacau, tugas-tugas kuliah masih menumpuk diatas meja belajarku, belum sempat aku sentuh untuk kuselesaikan. Aku pusing, dipikiranku hanya ada Dika, Dika dan Dika. Walau kadang aku juga tidak tahu apakah yang dipikiranku adalah Dika atau Jerry. Jujur saja, sosok jerry dapat membuatku bersemangat untuk pergi ke kampus, tetapi di sisi lain sosok Jerry juga membuatku terluka jika ingat Dika. Aku tak tahu, dengan siapa aku harus menceritakan isi hatiku. Hanya lembar-lembar kertas putih yang selalu siap aku coret-coret untuk melukiskan perasaanku, seperti yang terjadi malam ini. Lembar kosong di dalam binderku menarik tanganku untuk melukiskan sebuah kalimat yang menggambarkan isi hatiku.
” Peri kecil tak tau kemana ia harus mengepakkan sayap indahnya. Mahkota bunga yang ia impikan kini tlah menguncup. Peri kecil hanya mampu menunggu kapan bunga itu mekar pada musim semi di kemarau panjang ini. ”
***
Siang itu seusai kuliah Tina mengajakku untuk pergi ke toko buku. Sesampai disana kami asik mencari buku-buku yang bagus, walaupun tidak semuanya akan kami beli. Setelah kami mendapatkan buku yang akan kami beli, kami langsung pergi ke kasir untuk membayarnya. Dan tidak disangka kami disana bertemu dengan Jerry. Jujur aku kaget.
” lhoh...kalian? kok ada disini juga?” sapa Jerry
” Iya nih,” jawab kami sambil tersenyum.
” eh... oh iya, gimana dengan kuliahnya tadi?”
” Yah kayak biasanya lah,lalu kenapa kamu tadi nggak masuk?” jawab Tina, aku hanya bisa bungkam saja.
” Aku tadi bangun kesiangan, jadi daripada datang terlambat terus nggak diperbolehin ikut kuliah, mending aku sekalian nggak usah berangkat aja, oh iya boleh aku pinjam catatanmu nggak?”
” Kalau catatan, kamu pinjam aja sama Widya, tulisannya kan rapi, beda sama aku. Kalau tulisanku sih hancur banget, lebih hancur daripada tulisan resep dokter, takutnya ntar kamu terus periksa mata ke dokter mata setelah baca tulisanku, he he he,”
” Ah Tina bisa aja nih, ya udah kalau gitu, Widya boleh aku pinjam catatanmu?”
” Eh... oh iya, sebentar,” jawabku kaget sambil mengeluarkan binder dari dalam tasku lalu menyerahkannya pada Jerry.
” Terimakasih,” kata Jerry sambil memberikan senyuman manisnya yang membuat semua gadis disana terpana melihatnya.
***
Angin semilir berhembus menggerakkan daun-daunan di pohon taman kampus. Udara sejuk pun kuhirup sambil duduk di kursi taman kampus. Aku termenung seorang diri, kebetulan hari ini ada dosen yang tidak bisa mengajar karena sedang ada urusan lain yang lebih penting. Tiba-tiba lamunanku dipecahkan oleh sebuah suara yang tidak asing bagiku dan suara yang aku tunggu-tunggu.
” Peri kecil, bolehkah aku duduk disampingmu?” sapa Jerry yang membuat aku kaget.
” Boleh, silahkan saja!” jawabku.
” Kok sendirian saja?”
” Lebih enak kalau sendiri aja kok,”
”Jadi..., aku mengganggu kamu dong jika aku duduk disini bersamamu?”
” Oh nggak apa-apa kok,”
” Maaf bukan maksud aku untuk membuatmu nggak enak,” kata Jerry meminta maaf.
” Udah lah, aku kan udah bilang nggak apa-apa” jelasku.
” Terus seandainya aku disini untuk menjadi hujan agar kemarau panjang segera berakhir dan bunga pun akan bermekaran sehingga peri kecil bisa menemukan mahkota bunganya gimana? Apakah masih nggak apa-apa?”
” Maksudmu?” tanyaku kaget.
” Kalau aku menjadi mahkota bunga yang diimpikan peri kecil, apakah juga nggak apa-apa?”
” Kok kamu bisa ngomong kayak gitu?”
” Wid, ketika aku pinjam catatanmu, nggak sengaja aku membaca tulisan hatimu di bindermu. Aku tahu dan aku ingin menjadi mahkota bunga yang kau impikan sehingga kamu bisa mengepakkan sayap indahmu, karena sesungguhnya aku sudah merasakan suatu feeling padamu dari dulu dan aku yakin itu adalah cinta,” jelas Jerry. Aku terdiam dan aku kaget dengan apa yang dikatakan Jerry baru saja.
” Wid....”
” Aduh gimana ya Jer, jujur aku kaget banget dengan pernyataanmu barusan,”
” Terus gimana? Apakah aku bisa menjadi mahkota bunga itu?”
” Sebelumnya aku minta maaf, aku nggak bisa menjawabnya. Aku nggak tahu aku harus jawab apa”
” Bukannya aku adalah sosok Dika di hatimu?”
” Lhoh, kok kamu tahu?” tanyaku kaget.
” Maaf Wid, selama ini aku banyak mencari informasi tentangmu, dan maaf aku udah lancang ”
” Okay Jerry, apakah kamu ingin jawabanku sekarang?”
” Iya....”
” Tapi sebelum aku menjawab, aku ingin bertanya dulu padamu. Seandainya kamu menjadi mahkota bunga, mahkota bunga apa itu?”
” Aku akan menjadi mahkota bunga mawar merah yang indah buatmu”
” Kalau begitu aku minta maaf, yang aku inginkan adalah mahkota bunga mawar putih. Dan yang bisa menjadi mahkota bunga mawar putih adalah Dika”
” Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu ingin mawar putih?”
”Jerry, masalahnya bukan pada mawar merah atau putih, tapi memang karena dihatiku Cuma ada Dika. Maaf Jer, aku berkata begini bukan karena kamu lebih buruk daripada Dika. Kalian sama, sama-sama bunga mawar, bunga yang penuh dengan keindahan dan aroma yang wangi. Walaupun wajah kalian mirip tapi aku tetap tidak bisa memilihmu menjadi mahkota bungaku,”
” Lalu?”
” Ya... aku ingin kita berteman saja, karena kupikir itulah yang terbaik buat kita. Aku akan selalu ada buatmu sebagai teman, okay?”
” Terserahlah kalau itu maumu,”
” Makasih Jerry,” kataku, lalu mengacungkan jari kelingking sehingga kelingking kami pun saling bertautan sebagai tanda kami sudah menjadi teman atau sahabat, dan aku pun lega.
Tiba-tiba kudengar suara dering hand phoneku, ternyata ada satu pesan di hand phoneku. Sebuah pesan yang membuat jantungku berdegub kencang, sebuah pesan yang membuat mulutku berucap ” Terimakasih Tuhan”, sebuah pesan yang bertuliskan ” Sudah lama kurindukan peri kecil itu, peri kecil dengan senyum dan tawanya yang mampu menenangkan sebuah jiwa. Dan jiwa ini pun akhirnya memberanikan diri berucap, peri kecil maukah kamu menjadi peri kecilku lagi?” sebuah pesan yang di kirim oleh mahkota bunga yang aku impikan yaitu Dika.

Jumat, 24 Juni 2011

PENGABDIAN MASYARAKAT STORY

kata Pengantar
Assalamu”alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah, karena atas limpahan rahmat, hidayah serta cintaNya, penulis dapat menyelesaikan karya mengenai hasil Pengabdian Masyarakat yang diadakan oleh Bidang 4 HMP PGSD UMS di tahun 2009 ini. Pada kesempatan ini penulis mencoba untuk sedikit memberikan gambaran akan sebuah kegiatan yang dipenuhi cinta oleh para pelaku kegiatannya, especially about education in elementary school.
Karya ini tercipta sebagai hasil dari cinta yang dihasilkan oleh kegiatan yang dipenuhi oleh canda dan tawa para malaikat cilik dari SD N II Canden, Boyolali. I love u all my students..., because u are my kid angels that can make me smile and laugh from my heart, thanks...
Anak-anak adalah makhluk yang suci, unik, lucu, menyenangkan, dan yang pasti mahkluk Allah yang layak kita cintai bagaimanapun mereka dan seperti apapun mereka, do u agree? So menurut teori Tabula Rasa By : John Locke bahwa anak itu seperti kertas putih kosong yang siap untuk ditulis apa aja. Maybe,,, that’s true but mereka kadang juga punya sesuatu yang kita sendiri g nyangka itu ada pada diri mereka, padahal kita tidak pernah nulis itu di dalam kertas putih itu. Kenapa bisa begitu??? Wallahu Alam. Terlalu banyak teori mengenai hal itu dari yang Empirisme, Nativisme, Naturalisme, Konvergensi, dsb (dan saya bingung), hehe upz.. just kidding, pengen tau ya? buka aja buku ilmu pendidikan!. Karena kali ini kita tidak akan berbicara mengenai teori tapi langsung praktek, setuju...? so lanjuuut...
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya, sesadar sadarnya bahwa karya ini tidak akan selesai tanpa cinta dari Allah sehingga mampu menjadikan penulis dengan ridho mengerjakan karya ini dengan penuh cinta dan kekreatifan, special juga karena dukungan my mom or angel on my life, u are my hero, i love u full. selain itu juga berkat partner teaching aku, Bpk. Fandi Nugroho atas pencetusan idenya, buat HMP PGSD UMS yang udah memberi kesempatan kepada penulis untuk menjalankan misi mulia itu, makacih. Tak lupa juga buat temen-temen pgsd khususnya kelas 3c, makasih untuk canda tawanya, buat temen2 zaman SDq dan seatributnya termasuk bapak guruku tersayang thanks buat cintanya saat itu, u are my inspiration... aku merindukan masa itu...
Penulis berharap karya ini bisa bermanfaat bagi banyak orang, syukur-syukur bisa menambah rasa cinta kita terhadap dunia pendidikan yang sekarang ini lagi carut marutnya... oh tidakzz. Saran dan kritik senantiasa penulis nantikan sehingga dapat memperbaiki penulisan karya seni ini ( cie cie karya seni, haha ). I think that’s enough, thanks for your attention, thanks for your reading, n thanks for your everything.
Met baca ya...
Wassalamu”alaikum Wr. Wb

Surakarta, 11 Desember 2009
Siti Aminah, S.Pd













First Day
Hari pertama... what will i do?
Penuh dengan tanda tanya, apa yang akan saya lakukan di sebuah tempat yang aku sendiri tidak tahu dimana dan bagaimana tempat itu, tapi dalam bayanganku, aku akan segera menjelma menjadi sesosok miss Muslimah on the Laskar Pelangi Movie, hehe over imagination. Hari pertama masih dengan penuh keruwetannya, maklum organisatoris amatiran, profesi tentor plus sie.humas membuatku kebingungan pagi itu, ada satu surat yang belum tertanda tangani oleh Mas Novi selaku ketua HMP PGSD, dasar payah... kerja yang awut-awutan oleh personil humas, so it’s okey lah coz gara-gara itu kerja rasanya jadi seru.
Setelah semua persiapan berez, kita para tentor pun bersiap went to boyolali, tapiiii sebelum aku berangkat kesana, mas Fandi atau bisa disebut bpk. Fandi mengatakan kalau sebaiknya kami mengganti materi dari apa yang sudah kami rencanakan. Dari jaring-jaring balok ke bangun datar, huh percuma dong planning aku mengenai strategi dan metode pembelajarannya, sok teoritis ah. Intinya aku harus putar otak lagi buat cari ide gimana enaknya mengajar bangun datar agar bisa diterima oleh siswa dengan sebaik-baiknya. Semakin saya berfikir semakin saya pusing, bingung, bludrexz, nggak segitunya kali ah. Yang pasti menurut aku, semakin kita tau akan teori semakin kita sulit untuk practiclenya.
Sesampai disana, aku berpikir ternyata nggak jauh beda dengan SD yang biasa aku jadikan tempat untuk mengumpulkan amal jariyah, so familiar lah dengan suasana kaya gitu, nggak sedramatis yang saya bayangkan. Dengan guru-guru yang mempunyai tingkat keramahan rata-rata membuat kami (team) sedikit lebih nyaman dalam mempersiapkan diri untuk bertemu dengan para makhluk luar biasa itu.
Setelah dikira tiba waktunya kami show up, kami pun menuju kelas masing-masing. Aku dan mas Fandi mendapat jatah mengajar di kelas 5 untuk mapel MTK. Begitu kami masuk, kelas langsung sepi, sunyi bagai tak berpenghuni, ada apa gerangan? Kita bukan petugas imunisasi yang ditakuti anak2, dan kita pun juga bukan dokter gigi yang setiap berapa pekan sekali mencabut gigi2 anak yang tidak layak pakai. Kita adalah manusia dengan sejuta ilmu yang nggak pernah di data inventaris ilmunya, ha ha ha makanya banyak yang ilang. Kita adalah manusia yang siap memberikan ilmu terbaik kita untuk mereka, tapi kenapa mereka begitu? Ternyata jawabannya adalah karena mereka belum kenal kita, ya iyalah. jadi nggak tau seberapa baiknya kita, tak kenal maka tak sayang begitulah kata om peribahasa. So... mas fandi pun segera memperkenalkan dirinya, dan yang selama ini membuatku masih tersenyum lucu kalau teringat peristiwa itu adalah introductingnya beliau.
He said ” Assalamu’alaikum Wr. Wb, selamat pagi anak-anak. Perkenalkan nama saya pak Fandi Nugroho, tapi kalian bisa panggil saya bapak Fandi, saya dari PGSD FKIP UMS. Disini saya akan mengajar matematika kepada kalian. Apakah ada yang ingin ditanyakan?” dan kelas pun masih sepi ( ha ha ha maap mas Fandi, bukan maksud hatiku untuk menertawaimu, tapi lha ong yo lucu og ). Terang aja lah mas, anak SD ya nggak tau tow apa itu PGSD? FKIP?,apaan tuch? Mungkin kalau UMS agak DONK, dikit. hehehe
Hari pertama dimulai dengan introducting para tentor n students yang dipimpin oleh bapak Fandi (hehehe) dengan panduan daftar presensi siswa, dari situ kelas sudah sedikit agak bersua. Itu yang aku inginkan, kelas yang gaduh tapi menyenangkan. Lalu bapak Fandi pun segera mengajarkan materi mengenai bangun datar kepada para siswanya yang masih lugu2.
Hari pertama itu aku hanya membantu mas Fandi untuk menyampaikan ilmu2 yang kami miliki mengenai bangun datar kepada anak-anak. Memang saya akui kesiapan kami mengajar hari itu sangat ancur sekali, tanpa RPP, tanpa media, tanpa persiapan materi yang matang, Cuma bonex aja alias bondo nekatz, but walau begitu kinerja kami tidak bisa disepelekan begitu saja, meskipun without whatever that but our abillity juga bisa di andalkan walau segala sesuatunya spontanitas, justru itulah kemampuan alami kita.
Hari pertama adalah saatnya kita berkenalan dengan manusia Tuhan yang laen yang belum kita kenal, beberapa diantaranya adalah siswa2ku yang luar biasa. Hari pertama yang ku kenal adalah Ragil pastinya, orangnya kecil, lucu sedikit bandel justru itulah tanda kekreatifannya dan duduk di kursi pojok belakang. selain itu juga syafei, karena apa? Yupz betul sekali karena dia handsome, uluh-uluh hehe sebenarnya kalau disuruh jujur alasannya bukan karena itu but karena dia mengingatkanku akan masa2 SDq. Wajahnya mengingatkanku akan sebuah wajah penuh kekreatifan untuk membuat jengkel diriku, Sebuah wajah yang membuatku bangkit dari kebodohan, siapa dia? Teman SDq lah.
Kesan di hari pertama adalah seru, walau baru pertama kalinya kami mengajar di sana tapi keakraban sudah bisa kita jalin dengan indahnya. Pembelajaran yang interaktif membuat segala sesuatunya menjadi lebih bermakna walau tanpa media yang dipersiapkan terlebih dulu. Cukup dengan benda-benda di sekitar kita saja sudah cukup untuk dijadikan media, malah terkesan contexstual teaching learning kan? So everything was okey.




























Second day
Hari kedua, apakah aku masih bingung?
Segala sesuatunya sudah terperinci, apa yang hendak saya lakukan sudah terlintas dan terprogram di dalam otak saya. Hari itu adalah giliran aku yang memegang kelas, bertukar dengan mas Fandi. Aku jadi merasa punya wewenang untuk membuat kelas seperti yang saya inginkan. Ha ha ha akulah penguasanya...
Meski hari itu mas Fandi datang terlambat, but still okey, semua masih terkendali. Seperti hari yang lalu metode yang kami gunakan adalah metode ceramah plus plus ( maksudnya itu ya plus Tanya jawab, jadi hampir mirip discovery inquiry kan? Hehe), dan kita mengajar dengan menggunakan hati dan insyaAllah sampainya akan ke hati pula (it’s my english teacher’s word), sedangkan strateginya adalah CTL, apaan tuch, buka aja buku SBM. Padahal sebelumnya tak pernah terkonsep akan menggunakan metode dan strategi itu, tapi semua ilham itu datang secara tiba2. Kami mencoba melibatkan siswa ke dalam pembelajaran itu, so siswa nggak Cuma jadi objek belajar aja tapi sebagai subjek belajar juga, lhoh kok mulai membahas teori sih?.
Mungkin kalau kita memanfaatkan waktu dengan hanya untuk memberikan materi bangun datar, saya rasa waktunya akan banyak tersisa, maka dari itu kenapa kita tidak ajak siswa untuk masuk ke dunia imajinasi, apa itu? (berlatih berpikir abstrak walau untuk hal sederhana yang luar biasa) Aku ingin menjadikan siswa memposisikan diri mereka pada cita-cita profesi mereka. Hal itu selain untuk memacu semangat belajar mereka agar dapat meggapai cita-cita juga dapat menciptakan sebuah pencitraan diri yang baik oleh mereka.
Hari kedua jauuuh lebih seru daripada dengan hari pertama, siswa sudah mulai open dengan kita, mereka tanpa takut lagi mengutarakan pendapat, dan yang pasti makin semangat belajar.
Yang lebih seru lagi adalah ada seorang siswa yang mulanya introvert menjadi ekstrovert, mungkin mas Fandi nggak tahu. Tapi aku sebagai seorang calon psycolog (kumat deh narsiznya, he he he) bisa mengetahui suatu perubahan yang luar biasa terjadi pada siswaku yang bernama Sherly, hai dek Sherly, kamu adalah inspirasiku untuk terus maju menggapai apa yang saya impikan, kamu adalah salah satu peri kecilku yang menjadi bukti abillityku.

THIRD day
Hari ketiga, bagaimanakah perasaanku...?
Hari terakhir, aku benci dengan hari itu, hari dimana suatu perpisahan ada di depan mata, hari dimana waktunya kita mengetahui hasil suatu perbuatan dan hari dimana kadang membuat kita tersenyum ataukah menangis..., hari itu mas fandi berniat untuk datang terlambat lagi, huft berarti aku harus mengatasi kelas sendirian dulu deh. But so fine lah.
The first time on that day adalah memberi mereka sedikit motivasi yang mungkin dapat berguna bagi mereka dalam meningkatkan semangat belajar dan rasa juang yang tinggi dalam menggapai cita-cita mereka. Aku teringat akan laskar pelangi dan cita-citaku. Mereka harus menjadi manusia yang luar biasa. I have to help them to reach their vision with my motivation.
Hari itu diisi dengan tes yang soalnya sudah kami persiapkan sebelumnya, untuk mengetahui seberapa dalamnya ilmu yang kita berikan dapat terserap oleh siswa, dan hasilnya Alhamdulillah mayoritas mereka dapat nilai yang bagus. Tapi tetep kami mencari anak-anak dengan nilai tertinggi. Dari 23 siswa kami, ada 4 anak yang mendapatkan nilai tertinggi. I was proud with them...
Lalu kami membagikan kertas2 yang kami harapkan mereka menulis perasaan mereka di dalam kertas itu. Sungguh pemandangan yang lucu dan menggemaskan ketika melihat keseriusan mereka dalam mengisi kertas itu.
Kegiatan akhir kami dalam kelas itu selain foto-foto adalah membagikan buku-buku dan alat tulis lainnya yang insyaAllah akan berguna buat mereka. Semoga...
Dan semoga apa yang kami beri untuk mereka, semuanya bisa berguna. Selain ilmu, ada cinta dan kasih yang tulus dari calon guru sejati untuk mereka serta tak lupa doa dan harap semoga mereka bisa menjadi insan yang bisa mengubah dunia menjadi lebih baik. Amin
Hari itu aku mengucapkan kalimat terakhirku pada mereka dengan sebuah perjanjian bahwa kelak mereka semua harus berusaha keras menggapai apa yang mereka citakan, whatever that.
Akhirnya hari terakhir yang ku benci, saat terakhir yang aku nggak mau jumpai tiba juga. Lambaian tangan mereka mengiringi senyum termanisku... (ceile hahaha) ketika meninggalkan mereka menuju habitatku sebagai calon abdi pendidikan di sebuah universitas yang mengajarkanku akan banyak hal hingga kelak i’ ll be a winner. I promise to my self, my mom and everyone that love me.




Di sini saya coba tampilkan sedikit karakteristik mereka.

1. Dewi Yatmi
Gadis kecil yang duduk di bangku belakang bersama adinda Istiqomah, orang yang cukup pendiam tapi menyimpan sejuta potensi, tidak banyak yang saya tau tentangnya, bukan karena tidak perhatian, tapi orangnya masih biasa untuk dijadikan sumber perhatian. I think she had okey
2. Margiyaningsih
Malaikat kecil yang mampu membawaku terbang menuju masa lalu, dengan rambut sebahu agak hitam tapi manis, itulah ia, duduk bersanding dengan si kecil syafii, pangeran kecilku. Gadis cerdas, lugas tapi penuh dengan kepercayaan diri.
3. Syaiful
My kid Hero, handsome, agak kurus, dan manis ketika aku memandangnya. siswa paling pandai dan bisa menggambarkan pribadiku di masa lampau (oh za?). Dengan cita cita yang lain dari pada yang lain, ketika yang lain ingin jadi dokter, polisi serta dosen tapi dia ingin menjadi ilmuwan (Wow). Sama denganku ketika beberapa tahun yang lalu. ketika yang lain ingin jadi guru, dokter dan astronot, tapi aku ingin menjadi menteri pengamat sosial (emang ada ya profesi itu? Kerjanya apa? Ngamatin doank, hahaha. Wah gebrakan baru tuh di dunia ke_profesi_an). Itulah ciri kecerdasan. Berpikir selangkah lebih kedepan daripada orang lain (katanya pak Dr. Samino, MM or director of PGSD). hahaha
4. Unun Nurisnaini
Duduk di bangku paling depan bersama si manis Ratna monica. Lugu dan polos, itulah ia. Smart tapi masih membutuhkan banyak dukungan. Cita-citanya ingin menjadi dokter. (cita-cita yang standar tapi luar biasa... susahnya untuk dicapai, haha but nggak boleh putus asa ya dek)
5. Riska Aprilianti
Jujur aku tak begitu tau dengan malaikat kecil yang satu ini. I’am so sorry baby, but i know that u are one of my many kid angels.



6. Sherly
Peri kecil yang membuatku merasa berbeda ketika aku berhadapan dengannya, ada apa denganku dan dengannya? Apakah aku juga punya kemiripan dengannya? Oh tidakzzz. Dia yang membuatku mengharuskan menerapkan ilmu dari papanda Saring Marsudi selaku the lecture of conseling and guidance. Ketika itulah kurasakan manfaat kuliah. Thanks Mr...
7. Dyah Ayu Pratiwi
Adek kecilku, yang membuatku merasa berarti. Semoga kelak apa yang kamu cita-citakan bisa terwujud. Doa kakak menyertaimu, sister.
8. Riska Nur Wardani
Malaikat kecil yang aku kurang tahu tentangnya... hahaha tapi aku yakin dia adalah makhluk Tuhan yang luar biasa juga.
9. Wisnu
Cowok kecil yang duduk disamping syaiful, lumayan pinter, mungkin karena terkena atmosfir kepandaian syaiful. Bisa ngaruh juga kan kayak gitu... but i think he was not only smart but also funny.
10. Andika
Pangeran kecil yang pemalu tapi mempunnyai sense of humor yang bisa diacungi jempol, beraninya Cuma di belakang doank, perlu di bimbing untuk men_show up his abillity.
11. Eko Budi Santoso
Si calon menteri pendidikan cilik yang mempunyai otak briliant, tinggi gede tapi bisa membuat orang lain tersenyum. kira2 bagaimana ya nasib pendidikan di Indonesia kalau dia yang menjabat jadi menterinya, haha, aku bangga kalau itu emang akan terjadi.
12. Bayu
Malaikat kecil berkulit hitam tapi manis, hehe diam-diam tapi berjiwa seni tinggi. Anak dari seorang dalang ( tau tow artinya? Klo g tau buka aja buku b. Jawa) yang mendapatkan warisan jiwa seni dari his father. Setiap kali diterangin pasti dia lagi menggambar, tapi dia bisa paham dengan materi yang diajarkan. Bahkan nilainya salah satu yang tertinggi juga loh. Dan tau nggak pa yang dia gambar? Sebuah motorcycle dengan banyak modifikasi unik yang penuh dengan unsur seni. Sebenarnya di pengin jadi seniman atau insinyur mesin sih? But good luck aja deh, whatever your vision.


13. Istiqomah
Malaikat kecil yang duduk di bangku paling belakang, diam tapi serius, aku suka itu. Sinar matanya mengisyaratkan akan rasa kasih yang dia ingin beri, thanks adek untuk semuanya...
14. Sujiyanto
Cowok jakung disamping dek Ragil. Penuh kekuatan tapi kurang kepercayaan diri. Seseorang yang butuh akan dorongan yang positif dari lingkungan. Seseorang yang rela memberikan kasihnya untuk orang-orang yang dia kasihi. Termasuk aku kali ya... hehe so confident.
15. Ragil
Cowok imut, lucu, menggemaskan, penuh kejutan baru, aktif, berani, dan bisa membuatku tertantang. Kesan pertama dengannya adalah kebandelannya, tapi setelah lebih dalam mengenalnya dia adalah sesosok manusia istimewa yang bisa menghadirkan senyum tersendiri dari hati yang terdalam.
16. Ratna Monica
Gadis cilik seperti embun di tengah terik matahari, membuatku menjadi lebih berarti lagi berada di tengah-tengah mereka.
17. Dewi Septiana
Tak banyak ku tau tentang peri kecil yang satu ini. Im sorry baby...
18. Inung
Malaikat kecil yang bisa membuat orang dewasa tertawa mendengar lelucon2nya. Kepolosannya mampu membuat orang dewasa tak rela untuk memarahinya tatkala sebuah kekreatifan dia munculkan untuk meng_onar_kan suasana.
19. Nur Syafii
Pangeran tampan dalam negri dongeng, haha lebay. Sepertinya sosok adek yang satu ini udah terungkap diatas deh, so... enough.




20. Yoga Irawan
Anggota kelompok dery the gank bersama dek dery, siswanto n surya, kumpulan pangeran kecil pengacau istana kelas yang mampu membuat proses mengajar (bukan belajar loh, tapi mengajar) menjadi lebih bermakna. Thanks guys

21. Deri
Pimpinan dari Dery the gank. Like me when i was at junior high school aja, ia telah mengingatkaknku akan kenangan kelamku, tapi asyik, ku akui bandel itu asyik, hehehe. Lelaki kecil berambut pirang, mau jadi preman kayaknya dia... tapi aku yakin dia juga punya potensi yang luar biasa kayak yang laen, yah walaupun agak bandel sih, justru anak yang kayak gitu tuh butuh perhatian khusus. Dia bukan bandel tapi hyperaktif jadi tugas guru adalah memfasilitasi keaktifan dia yang hyper.
22. Siswanto
Anggota Dery the gank juga. Duduk di bangku belakang pojok, tempat ia meng_create ide-ide konyol dalam proses belajar mengajar.
23. Surya
Tak ubahnya seperti temen2nya dalam Dery the gank yang laen. Perlu kesabaran khusus untuk menghadapi mereka. Semua itu membuatku mempunyai pengalaman lebih dalam menjadi seorang abdi pendidikan, bagaimana kita bisa memfasilitasi siswa dengan perilaku yang hyper like them.

Aku pasti merindukan kalian... malaikat2 kecilku. Semoga kelak kita bertemu lagi dalam cinta dan kesuksesan kita dalam menggapai apa yang menjadi mimpi kita. Amin. Thanks for your love, faith, attention, smile and goodness. I love u all… students.


My english teacher when i was at vocational high school have
said that there are not stupid students but there
are teachers that can not teach well...
so be a good teacher for your students.

Sesuatu yang dari hati… sampainya akan ke hati pula.

Ku Nanti Kau Dengan Nama Allah

Perempuan perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk
perempuan-perempuan yang baik pula. Mereka itu bersih dari
apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan
dan rezeki yang mulia (Surga). ( Q.S. An-Nur : 26 )

Pagi yang dingin membuatku enggan untuk membuka mata dan meninggalkan enaknya tidur di hari minggu ini, apalagi ketika kuingat akan seabrek kegiatan yang akan kulakukan pada hari ini yang membuatku semakin malas saja.
Pagi ini aku berniat untuk menghadiri resepsi pernikahan mbak Nurna yang merupakan kakak sepupuku. Baju untuk menghadiri pesta sudah aku persiapkan sejak beberapa hari yang lalu, jadi pagi ini aku tinggal memakainya saja. Setelah aku selesai berdandan, kulihat gambar diriku di cermin, subhanallah… ternyata aku cantik juga apalagi dengan jilbab putih yang menutup auratku. Maklum saja, biasanya aku tidak pernah memakai jilbab dalam keseharianku, tapi kini diriku berbusana muslimah yang membuatku semakin anggun saja. Ternyata Allah memerintahkan hambanya untuk berjilbab bukan semata-mata untuk kesia-siaan belaka tetapi juga mempunyai maksud yang baik, selain untuk melindungi aurat, menjadi identitas muslimah dan juga agar para wanita terlihat lebih anggun tanpa harus mengumbar aurat.
Aku berangkat ke rumah mbak Nurna bersama keluarga besarku. Sampai disana kami disambut ramah oleh pakdhe dan budhe Permana atau orang tua dari mbak Nurna. Tamu-tamu yang lain pun sudah mulai berdatangan pula. Aku duduk melamun sambil membayangkan seandainya diriku yang menjadi pengantinnya, betapa bahagianya. Sedang asyiknya aku melamun, tak sengaja aku melihat seorang ikhwan yang melintas di depanku, subhanallah... ikhwan itu begitu mempesona, terlihat sholeh, bajunya rapi, tingkah lakunya sopan, dari cara duduknya saja ia terlihat berwibawa, astagfirullah hal adzim... Ya Allah ampuni aku yang tak bisa menjaga mata ini darinya.
Aku penasaran tentang ikhwan itu, dan setelah aku pikir-pikir ternyata dia adalah Arzha, temanku ketika aku duduk di bangku SD. Ya Allah, sekarang dia sungguh berbeda. Sejak kulihat dia, kurasakan jantungku mulai berdebar aneh, aku jadi tidak konsen dengan acara pernikahannya mbak Nurna. Di otakku hanya ada dia dan kurasakan juga bahwa ada suatu kekuatan yang merasuk ke dalam kalbuku, aku tertarik dengan Arzha dan aku ingin seperti dia.
Nilai positif yang bisa aku tangkap dari dia, wajahnya yang teduh, tenang, penuh kedamaian. Sepertinya ia adalah manusia yang tanpa masalah, selain itu ia juga terlihat intelek dan pandai berbahasa Inggris. Semua itu memotivasi aku untuk menjadi orang yang seperti dia walaupun aku tidak tahu bagaimanakah caranya. Tetapi aku akan mencoba, mungkin itulah yang dinamakan The Power Of Love, dan akupun telah menyadari bahwa aku jatuh cinta padanya. Mungkin tepatnya cinta lama bersemi kembali karena ketika aku dan dia sama-sama duduk di bangku SD, aku pernah menaruh hati padanya.
Setelah kejadian hari itu, hari-hariku berlalu dengan warna-warni perasaan cinta. Aku benar-benar terkena syndrome merah jambu. Baru kali ini aku mengalami perasaan seperti ini, tapi justru perasaan inilah yang mengispirasikanku untuk mengetahui kenapa Arzha bisa terlihat seperti itu. Aku pun berusaha untuk mencari tahu. Banyak sumber yang aku gunakan untuk mencari rahasia itu mulai dari buku-buku islami, siaran TV religi, teman-teman yang sholeh bahkan sampai guru-guruku.
***
Kelas kosong, guru yang seharusnya mengajar matematika tidak kunjung datang. Aku semakin bosan berada di dalam kelas ini, udara terasa panas. Aku pun segera keluar mencari udara segar. Kebetulan aku bertemu dengan bapak Awan, guru B. Inggrisku, kemudian kami pun bercakap-cakap di koridor sekolah. Obrolan kami dimulai dengan pertanyaanku, bagaimana agar bisa pandai berbahasa Inggris.
”Caranya ya dengan belajar dan berlatih, because English is habit, you will be a master of english if you speak everytime and everywhere” jelas pak Awan
“Tapi kan pak, itu sulit banget, apa aku bisa?”
“Asma, kamu kan belum mencobanya kok sudah bilang begitu ? ”
”Saya kan termasuk orang yang bisa mengerti potensi diri saya sendiri pak, jadi kalau saya pikir saya tidak bisa, ya saya tidak bisa ” jelasku berdeklamasi.
Hingga akhirnya obrolan kami menjurus mengenai cinta. ”Oya Pak, saya mau nanya soal lain nih, kira–kira orang seperti saya ini pantas nggak ya pak naksir sama orang yang ada di atas saya?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.
”Pantas-pantas saja, emangnya ada apa?”
”Ya karena orang yang saya suka itu orangnya high class pak, dia pandai, sholeh, intelek, berwibawa, pandai berbahasa Inggris, sedangkan saya? Wah perbedaannya jauh banget” jelasku
”Asma, dimata Allah semua manusia itu sama, yang membedakan adalah iman dan taqwanya ”
”Tapi kan pak... tetap saja dia ada di atas saya jauh, apa bisa saya mendapatkannya?”
”Why not?, Nothing is imposible in the world, kalau Allah sudah berkehendak tinggal Kun fayakun aja kok. Tidak ada hal yang sulit bagi Allah, jangankan hanya menjodohkan kalian berdua, menciptakan langit dan bumi saja bisa Allah lakukan dengan sangat mudahnya “ jawab pak Awan.
“Lalu caranya gimana pak? Dia kan kayaknya sholeh banget, sedangkan aku?” kataku yang mulai ngeyel, butuh keyakinan.
”Makanya kamu juga harus jadi wanita yang sholehah dong, ingat firman Allah dalam QS. An-Nur : 26 yang intinya perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji pula, sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Jadi kamu sudah ngerti kan apa yang mesti kamu lakukan?” jelas pak Awan berceramah.
”Wah gimana ya pak, kok kayaknya saya masih ragu, banyak hal yang membuatku minder dengannya, soalnya kan dia dari keluarga terhormat, intelek, ganteng, sholeh lagi. Pasti hidupnya bahagia banget, berbeda denganku”
”Asma, bapak kasih tahu ya, Orang yang paling bahagia di dalam hidupnya bukanlah orang yang body facenya oke, materinya banyak, IQnya tinggi, tetapi orang yang paling bahagia di dalam hidupnya adalah orang yang paling pandai dalam mensikapi hidupnya”.
”Gitu ya? terus, pensikapan hidup yang terbaik itu yang bagaimana pak?”.
”Double S, sabar dan syukur ”
”Kok susah ya pak? Terus biar bisa sabar dan syukur gimana pak?”.
”Ikhlas... dengan ikhlas kamu akan bisa bersabar dan bersyukur”.
”He he he..., kok kayaknya masih susah juga ya pak”
”Emang susah, kalau nggak susah mana mungkin ada orang jahat dan orang gila, kalau begitu nanti RSJ dan penjara sepi dong, terus kalau dokter jiwa dan polisinya jadi pengangguran gimana?” jawab Pak Awan dengan gurauannya.
” Hihihi bapak bisa aja, makasih ya pak untuk nasehatnya”
” Iya sama-sama, bapak senang bisa bantu kamu, buruan masuk kelas sana, ntar di cari guru yang mau ngajar jam berikutnya lho”
Pak Awan memang guru yang sangat baik, beliau banyak di segani oleh murid-muridnya, karena beliau guru teladan, bijaksana, pandai dalam mengajar dan bersahabat dengan para siswa.
***
Aku tidak menyangka aku bisa jatuh hati pada Arzha, bahkan ketika kuingat ketika kami di SD dulu, tidak pernah terbesit dalam pikiranku kalau masa remajaku, aku akan jatuh cinta pada teman SDku sendiri yaitu Arzha, orang yang paling akrab denganku ketika SD. Kuingat masa-masa ketika aku dan Arzha belajar bersama, bermain bersama. Dari kebersamaan itu kami bagaikan bunga dan mahkota, yang akan hancur jika dipisahkan. Kebersamaan kami pun sering mengundang iri teman-teman karena kebersamaan kami selalu diliputi canda tawa yang menggembirakan.
Berbeda dengan saat ini, keadaan yang seperti dulu hanya tinggal kenangan. Aku dan Arzha kini telah jauh, tidak cuma fisik kita yang jauh tapi juga hati kita pun sepertinya juga jauh. Rasa persahabatan yang dulu ada kini nggak tahu entah kemana. Hal itu disebabkan karena kita tidak pernah bertemu lagi semenjak kita lulus SD, selain itu dulu sebelum berpisah kami berdua juga pernah saling berbuat salah tanpa ada penjelasan sehingga menyebabkan adanya kesalahpahaman diantara kami.
Ironisnya, sekarang aku mencintainya dalam kesalahpahaman itu, sebenarnya aku ingin menyelesaikan kesalahpahaman itu, tapi aku nggak mampu. Dia sekarang begitu jauh sehingga aku hanya bisa mengaguminya dari jauh pula. Aku bingung dengan perasaan cintaku padanya, apakah aku begitu nekat? Tapi tak taulah. Yang pasti perasaan ini datangnya dari Allah karena cinta ini telah membuatku berubah. Aku bersyukur sekali bahwa Allah menyadarkanku lewat nikmat bukannya lewat azab seperti yang biasa aku lihat di tayangan TV religi.
Kini kujalani hari-hariku dengan sepi dan penantian yang tak pasti, ingin sekali aku bertemu dengan Arzha, melihat wajahnya, bercengkrama dengannya seperti dulu, tapi ku tak bisa, keadaanlah yang membuat kami begitu. Aku selalu berpikir inilah keadaan terbaik yang diberikan Allah padaku karena jika aku bertemu dengannya, yang ada hanya kesalahan yang akan aku perbuat seperti zina mata, zina hati dll, astagfirullah ya Allah.
Tapi kadang hati ini berontak ketika rasa rindu telah memuncak. Yang bisa kulakukan hanyalah berlari menuju Ridho illahi agar Allah memperkenankanku bertemu dengannya. Dalam setiap sholatku, sujudku, doaku selalu ku minta dia pada Allah sebagai bukti bahwa aku begitu menginginkannya. Ini benar-benar cinta pertama yang membuat aku gila.
***
Pagi ini aku berencana untuk menghadiri reuni yang diadakan teman-temanku SD. Hatiku kacau, jantungku berdegup kencang karena ku sadar bahwa aku akan bertemu dengan Arzha setelah sekian lama kita tidak pernah ketemu.
Setelah aku sampai di tempat undangan reuni, kudapati beberapa temanku sudah datang tapi tak kudapati Arzha ada di sana, ”ah mungkin dia datangnya terlambat”, pikirku mencoba berpositif thinking. Setelah sekian lama, temanku pun mengecek kami, para tamu undangan atau teman-teman sendiri. Ternyata ada beberapa temanku yang tidak hadir dan salah satunya adalah Arzha, hatiku mulai gelisah, aku bingung apa yang harus aku lakukan agar Arzha bisa datang pada acara itu, aku tak tahu dan sungguh aku tidak tahu. Harapanku yang begitu besar untuk bertemu Arzha kandas sudah.
Setelah sekian lama berpikir, akhirnya aku mendapatkan ide. Aku meminta Ahmad untuk menjemput Arzha ke rumahnya, karena rumah Arzha dan tempat itu tidak begitu jauh, Ahmad pun berangkat menuju ke rumah Arzha. Beberapa saat kami menunggu Ahmad dan Arzha, akhirnya Ahmad datang juga. Tapi ia tidak bersama dengan Arzha. Kata Ahmad, Arzha nggak bisa datang ke acara itu dikarenakan Arzha sedang menghadiri acara lain.
Deg... jantungku serasa berhenti berdetak, tenggorakanku serasa tersekat oleh sesuatu, aku lemas, harapanku untuk bertemu dengan Arzha pupus sudah, benar-benar tidak ada harapan, kupikir lewat acara reuni inilah aku bisa bertemu dengannya, tapi sekarang dia nggak datang. Ya Allah, aku yakin inilah yang terbaik untukku saat ini.
Akhirnya aku nikmati setiap momen dalam acara reuni itu tanpa Arzha, walaupun terasa ada yang kurang, tapi aku tidak boleh berlarut-larut dalam kekecewaanku. Toh sekarang aku juga sedang bersama teman-temanku yang lain. Aku berusaha untuk tetap gembira karena aku sadar akan pentingnya waktu. Waktuku tidak boleh habis hanya untuk kesedihan. Ku ikhlaskan apa yang terjadi denganku pada Allah. Aku ridho dengan keputusan Allah hari ini.
Tapi tiba-tiba ketika hatiku ikhlas akan ketidakdatangan Arzha, kudengar ada suara motor mendekati tempat itu dan tidak lama kemudian kudengar pula suara teman-temanku memanggil sebuah nama,
”Arzha...”
”Hai...” sapa Arzha
”Kok baru datang? Dari mana saja kamu?” tanya Erix yang mempromotori acara ini.
” Maaf tadi aku ada urusan lain, kamu sih ngasih undangannya dadakan”
” Maaf juga Zha, soalnya ide untuk ngadain acara ini juga dadakan”
Arzha segera bergabung dengan kami, jantungku pun mulai berdetak dengan ketidakteraturannya lagi. Ya Allah aku ingin menangis, aku menangis karena kasihMu, sayangMu, dan cintaMu untukku. Ternyata satu pelajaran yang bisa saya petik dari sini adalah ketika kita ridho dengan Allah, Allah pun akan ridho dengan kita, yang kita butuhkan hanya ikhlas seperti apa yang pernah dinasehatkan pak Awan padaku, ikhlas dengan segala ketentuan Allah.
Kami pun bercanda tawa bersama seperti halnya ketika kami duduk di bangku SD dulu, benar-benar kita seperti bernostalgia. Berbagai kenangan masa kecil kita ceritakan ulang yang semua itu menimbulkan gelak tawa kami, sungguh masa SD yang sangat menyenangkan.
Aku heran dengan diriku sendiri, ketika aku jauh dari Arzha, perasaan cintaku sungguh menggebu-gebu. Tapi ketika kami berdekatan, aku nggak berani melakukan apapun padanya walau hanya sekedar menanyakan sesuatu. Seperti saat ini, aku benar-benar terdiam dihadapannya. Tapi sempat ku lihat dia sedikit memberikan perhatiannya untukku. Dari acara itu semakin ku tahu tentang dirinya, ternyata dia begitu kaffah dalam menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah, dia bisa menjaga mulutnya dari ghibah, matanya dari zina mata dll. Subhanallah, Arzha benar-benar membuatku terseret ke belakang dikarenakan diriku yang sepertinya terasa jauh untuk menjadi orang seperti dia. Berarti aku harus siap-siap untuk patah hati.
Selepas acara reuni itu, aku merasakan diriku seperti manusia yang tanpa arti. Sungguh aku tak berguna, tak layak untuknya, padahal aku benar-benar mengharapkannya. Aku benar-benar patah hati untuk saat ini. Tidur nggak nyenyak, makan nggak enak bahkan makanan serasa ampelas dan yang lebih parahnya lagi bahwa cerita humor serasa cerita misteri.
Hari-hariku kuhabiskan dengan lamunan dan air mata, ya Allah apa yang sedang aku lakukan?, ku sia-sia kan waktu yang kau beri untukku. Tapi untungnya Allah mengirimkan pertolonganNya dengan hadirnya teman-temanku yang baik. Mereka selalu menghiburku, memberiku semangat, mengajakku bercanda tawa hingga akhirnya mereka mengatakan sesuatu padaku yang membuatku bangkit, yaitu ”cukupkan dirimu dengan ridho Allah, jika Dia jadi kekasihmu, maka semuanya akan jadi kekasihmu”
Kemudian aku percaya bahwa dengan ridho Allah, aku pasti bisa mendapatkan apa yang aku inginkan, yang harus aku lakukan adalah PDKT atau pendekatan. Tapi bukan PDKT dengan Arzha atau orang tuanya, melainkan PDKTnya sama Allah. Dan tak lupa untuk selalu berdoa dan percaya dengan kuasa serta janji Allah seperti yang Allah firmankan dalam Q.S. Al-Mu’min : 60, yang isinya ” Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu”
***
Tidak seperti biasanya sore itu bunda menyuruhku untuk mengantar kue bikinan bunda ke rumahnya pakdhe Permana. Kebetulan saat itu mbak Nurna juga ada di rumah. Kami pun berbincang-bincang di teras belakang. Banyak hal yang kami obrolkan, hingga sampailah kami pada topik tentang Arzha, aku nggak tahu kenapa mbak Nurna bisa menanyakan hal tersebut, ”apa yang saya pikirkan tentang Arzha?” dan hal itu membuatku gugup. Sepertinya mbak Nurna mengetahui perasaanku pada Arzha.
Secara kebetulan juga, tiba-tiba Arzha dan keluarganya datang ke rumah pakdhe Permana sore itu. Ternyata ia hendak berpamitan dan meminta doa restu pada keluarga pakdhe permana untuk melanjutkan kuliah di Al-azhar, Kairo. Aku yang mendengar obrolan mereka dari dalam rumah langsung syok. Aku tak mengira aku akan berpisah jauh dengan Arzha. Mengetahui keadaanku saat itu, mbak Nurna mengajakku keluar menemui Arzha. Arzha juga kaget melihatku di rumahnya pakdhe permana. Ia pun juga berpamitan padaku akan kepergiannya. Dan aku hanya bisa mengatakan ”iya...”. Karena aku tak kuasa untuk menahan kesedihanku yang mendadak tersebut, ku langsung berpamitan untuk pulang dan mencurahkan semua air mata yang sedari tadi berdesakkan untuk minta dikeluarkan. Sesampai di rumah, mbak Nurna meneleponku dan berkata ”kamu tadi kenapa dek? Kalau memang tak rela Arzha pergi, kenapa kamu bilang iya tanpa mengatakan perasaanmu padanya?”
”aku tak punya kuasa apa-apa mbak... aku bukanlah siapa-siapa, hanyalah teman sewaktu kecil yang sebentar lagi akan dilupakan. Lagi pula keputusannya bukanlah keputusan yang buruk baginya, tak mungkin ku membiarkan egoku menghalanginya untuk mencapai apa yang menjadi mimpinya” jawabku dengan tenang tapi pasti, walau air mata masih belum berniat untuk berhenti keluar.
***
Di pagi yang cerah ini dengan mantap kulangkahkan kakiku menuju gedung bertingkat yang menjulang tinggi, yang tidak lain adalah kampusku. Hari ini aku mulai menjadi mahasiswa. Walaupun tidak satu universitas dengan Arzha, tapi aku sudah sangat bahagia karena teman-teman kuliahku pun baik-baik dan menyenangkan. Mereka selalu bisa membuatku gembira dan bahagia serta tak lupa pula mereka selalu mengingatkanku agar menjadi hamba Allah yang baik.
Detik demi detik berlalu, hingga menit, jam, hari, minggu, bulan bahkan tahun pun mulai berlalu juga. Tak terasa sudah empat tahun aku menjadi mahasiswa di salah satu universitas besar di kotaku. Sudah empat tahun juga Arzha pergi meninggalkan tanah air, meninggalkan sebuah hati yang tanpa ia sadari tengah menunggunya. Dalam empat tahun ini aku berusaha untuk menjadi mahasiswa yang terbaik sehingga bisa lulus tepat waktu. Alhamdulillah usahaku tidak sia-sia, esok hari aku akan dinobatkan untuk menjadi sarjana pendidikan. Suatu mimpi yang akhirnya bisa ku raih dengan kerja keras dan doa.
Ketika malam syukuran wisuda di rumahku, pakdhe permana memberiku selamat seraya mengatakan ”selamat ya nak, ternyata kamu sudah besar, sudah sarjana. Sama dengan keponakan pakdhe yang namanya Arzha, tahun depan ia akan langsung menikah sepulangnya dari kairo, hmm padahal dulu kalian masih kecil-kecil semua, sekarang sudah jadi orang. Pakdhe bangga padamu”. Kata-kata pakdhe Permana sungguh mengejutkan di suasana suka cita itu, langit yang cerah berganti dengan mendung yang tak tertahankan untuk hujan. Aku melirik pada mbak Nurna ingin meminta kebenaran. Tapi mbak Nurna hanya menundukkan kepalanya karena tak tega melihatku, ia tak sanggup melihatku yang mulai tak bisa tersenyum dengan tulus.
Akhir dari wisuda berjalan dengan kehampaan hati, dalam keputus asaanku menghadapi takdir cinta dari Tuhan membuat mbak Nurna menemaniku di tengah kesibukannya menjadi ibu rumah tangga. Hingga pada suatu sore,
”mbak, apakah wanita seperti aku memang tidak layak untuk mendapatkan lelaki seperti Arzha? Apakah karena aku bukan lulusan dari Al-azhar? Apakah selama ini aku bukanlah hamba Allah yang baik? apakah aku bukan wanita yang bisa menjaga kehormatanku? Lalu apakah, apakah dan apakah? Apakah yang harus aku lakukan mbak?” tanyaku dalam keputus asaan.
”dek, kadang kita meminta setangkai bunga yang indah tapi Dia memberikan kaktus yang berduri, kita meminta kupu-kupu tapi diberi ulat. kita pun bersedih & kecewa, namun kemudian kaktus berbunga indah & ulat pun jadi kupu-kupu yang cantik, inilah jalan Allah, indah pada waktunya, Allah tidak memberi apa yang kita harapkan, tapi Dia memberi apa yang kita butuhkan, kadang kita kecewa, sedih, terluka, berburuk sangka, tapi jauh diatas segalanya Dia sedang merajut yang terbaik dalam kehidupan kita”. Ucapan mbak Nurna mampu membuat hatiku damai sedamai pelangi di sore hari dalam menghadapi cobaan perasaan yang Allah anugrahkan. Aku terdiam pertanda aku paham dengan keadaan. Keadaan sebagai hamba Allah yang lemah untuk selalu bertawakal terhadap apapun keputusannya.
Setelah itu, ku mulai menghadapi hari-hariku sebagai abdi pendidikan dengan penuh rasa syukur. Salah satu prinsip hidupku, menikmati apa yang aku lakukan, mensyukuri apa yang aku dapati, tetap berjalan di rel yang benar serta membiarkan takdir Tuhan yang berlaku. Tapi walaupun begitu, tak pernah lelah mulut ini, hati ini dan pikiran ini untuk selalu memohon keajaiban dari Tuhan untuk mngizinkan aku berjodoh dengan Arzha meski terlihat tidak mungkin.
Setiap hari aku hanya disuguhi dengan pertanyaan-pertanyaan dari orang-orang di sekelilingku yang membosankan sekaligus merusak keyakinanku akan janji Tuhanku. Yaitu kapan aku akan menikah? dengan siapa aku menikah? Kenapa aku begitu setia menunggu Arzha yang sudah jelas juga akan menikah? Kenapa aku begitu bodoh? dan lain-lain. Ketika aku harus dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, dengan tegas aku akan menjawab ”bodohkah aku jika aku percaya dengan janji, kuasa, dan Mukjizat Allah?. Dengan nama Allah aku ingin tetap menunggunya datang padaku dan menjadikan aku halal baginya. Allah Maha Pengasih dan Penyayang, Allah Maha mengabulkan doa dan Maha menepati janji. Jadi Allah pasti akan mengabulkan doaku dan memberiku yang terbaik, masih banyak lagi Nama Allah yang agung dalam asmaul husnaNya sehingga aku yakin kalau apa yang aku usahain tidak akan sia-sia, seandainya besok aku nggak mendapatkannya pun aku yakin itu yang terbaik”
***
”ya Allah, Tuhanku yang maha sempurna, Tuhan yang jiwa dan hatiku berada dalam kuasaMu. Hamba menyadari sesadar-sadarnya jika hamba hanyalah manusia yang lemah dan tak punya kuasa apa-apa, maka dari itu Tuhan, dengan segala kerendahan hati hamba mohon dengan sangat, izinkan hamba berjodoh dengan Arzha, menjadi pelipur laranya disaat duka, menjadi permaisuri di rumahnya, serta menjadi ibu dari anak-anaknya. Walau jodoh hamba sudah Engkau tetapkan sejak hamba dikandung badan, perkenankan hamba untuk tidak mendahului takdir. Hamba masih percaya akan kuasamu, tak sulit bagimu untuk menjodohkan hamba dengan Arzha, terlalu mudah bagiMu ya Allah, terlalu mudah... lebih mudah daripada membalikkan telapak tangan. Hamba mohon ya Allah, hamba mohon, sungguh hamba mohon, dengan sangat hamba memohon” tangisku di sepertiga malam terakhir dalam perjumpaanku dengan sang penguasa hati.
Esok harinya keluarga besar Arzha akan menjemputnya dari bandara, termasuk keluarga pakdhe Permana. Sempat mbak Nurna mengajakku, tapi aku enggan untuk berhadapan dengannya jika akhirnya hanya menyisakan tangis tak rela.
Tapi sore harinya ada satu pesan singkat di hand phoneku dengan nomor tak di kenal mengatakan ”wahai hamba Allah yang dikasihiNya, jika engkau percaya dengan janji Allah, datanglah ke taman dekat sekolah. Aku menunggumu atas izin Allah”. Suatu pemikiran yang bodoh jika aku sampai menuruti perintah dari sms yang tak dikenal itu. Tapi Allah berkehendak lain, Ia membimbing hatiku untuk pergi ke taman sore itu. Sore yang cerah, memang. Tapi tak secerah hatiku kala itu. Dengan penuh harap aku datang ke taman yang mulai ramai dikunjungi banyak orang, tapi tiba-tiba ku dengar ada orang yang memanggilku di antara suara orang-orang, aku menoleh dan tak percaya dengan apa yang aku lihat. Di depanku berdiri Arzha dengan penuh kharismanya, dan juga berdiri di sampingnya seorang wanita yang sudah lama aku kenal, tak lain adalah mbak Nurna. Setelah berbasa-basi sekedarnya, smpailah kami pada obrolan yang lebih serius.
”selamat ya zha, kamu sudah mau menikah” kataku mencoba tegar
”iya, terima kasih”
”oya, tadi yang mengirimiku sms kamu ya?”
”he’e” jawabnya singkat
”ada apa? Kok kayaknya serius banget?”
”bukan apa-apa sih, cuma tadi ada yang bilang, kalau ada orang yang mau mengatakan sesuatu padaku...”
”siapa? Mau bilang apa?” tanyaku mulai bingung
”kamu nggak ingin mengatakan sesuatu padaku?”
”mengatakan apa?” kataku pura-pura nggak tahu, hatiku mulai berdebar.
”oh, ya udah kalau nggak mau bilang, mbak Nurna kita pulang yuk, habis ini kan kita masih ada acara lain” kata arzha pada mbak Nurna yang terdiam sedari tadi. ”kita pulang dulu ya Asma, maaf kalau sudah ganggu waktumu”
Sekali lagi aku hanya bisa bilang ”iya” dan mbak Nurna menoleh ke arahku dengan ekspresi kecewa. Tapi sebelum Arzha melangkah semakin jauh, bibir ini secara spontan berteriak memanggilnya, ”Arzha...”, Arzha menoleh,
”zha ehmm, aku ingin mengatakan sesuatu padamu” kataku dan Arzha pun menghentikan langkahnya. ”sebagai temanmu aku ingin mengucapkan selamat buatmu. Semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Wanita itu pasti wanita yang beruntung”
”oh... terima kasih asma, semoga wanita itu memang beruntung, tapi sepertinya ia tidak menyadari keberuntungannya” balas Arzha segera berlalu.
Aku tidak percaya dengan apa yang aku katakan, sungguh aku begitu bodoh telah membohongi perasaanku sendiri, ya Allah ampuni aku. Setelah itu aku tak berani untuk langsung pulang ke rumah, aku ingin mampir ke rumah Allah yang ada di dekat taman tersebut untuk meminta ampun seribu ampun, tapi inilah aku manusia yang tak berdaya.
Sesampai di rumah, kulihat rumahku begitu ramai oleh keluargaku. Banyak pula saudara-saudara yang datang, ternyata baru saja ada satu keluarga yang meminangku. Budhe Permana menghampiriku ketika dilihatnya aku sudah sampai di rumah. Dia mengatakan ”budhe nggak menyangka kalau keponakan-keponakan budhe akhirnya bisa bersatu, selamat ya Asma”, sesuatu yang mengagetkan bahwa yang meminangku adalah Arzha dan keluarganya. Ya Allah, terimakasih... terimakasih Tuhan, sontak saja aku langsung bersujud syukur kepada Allah yang Esa yang tak pernah mengingkari janjiNya.
Ternyata yang merencanakan semua ini adalah mbak Nurna, karena ia menyadari kalau sepupunya mempunyai perasaan dengan sepupunya yang lain. Diam-diam mbak Nurna menceritakan perasaanku pada Arzha yang saat itu sedang menuntut ilmu di Kairo. Mbak Nurna ingin memberikan pelajaran untukku agar aku berani jujur tentang perasaanku pada Arzha, tapi ternyata aku gagal. Meski begitu mbak Nurna salut akan keikhlasanku pada Arzha. Dan Arzha pun ternyata juga menaruh hati padaku semenjak kami masih kecil, ketika kami belum memahami apa itu jodoh dan apa itu takdir.
Sungguh janji Allah benar adanya asal kita tidak berputus asa dari rahmatnya. Akhirnya keluarga bahagia pun terjalin antara Asma dan Arzha atas penantian cinta yang bertahun-tahun.